Putri Harlina: Tidur di lab, kehamilan berbuah publikasi dan Ramadan musim panas di China
Sudah 10 tahun terakhir ini Mbak Putri bermukim di China, boleh cerita sedikit seperti apa perjalanan PhD Mbak di Negeri Panda?
Hai Mbak Kanti. Ya, saya sudah lulus tahun 2017 kemarin dan seperti juga PhD Mama lainnya, saya harus pandai-pandai membagi waktu. Selain beban penelitian yang lumayan berat karena harus mempunyai publikasi jurnal sebagai salah satu syarat mutlak untuk kelulusan, ada pula tanggungjawab lainnya yaitu sebagai ibu dan istri.
Ya, menjalani peran sebagai seorang mahasiswi S3, peran sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu dalam satu momen tidaklah mudah, tapi itu tantangannya yang harus saya jalani.
Masih ingat ketika saya menjalani kehamilan pertama saya selama proses studi PhD. Saat itu memasuki tahun kedua dari PhD studi ketika saya mengetahui tentang kehamilan, tentunya kami sangat antusias dan bagi saya pribadi, kehamilan ini saya jadikan sebagai penyemangat untuk tetap berkarya. Alhamdulillah Allah memudahkan proses kehamilan saya. Saat kehamilan menginjak bulan kedua, saya men-submit PhD research paper pertama saya.
Selama menunggu jawaban dari editor, saya tetap melakukan rutinitas penelitian seperti biasa, namun tentunya dengan proteksi sebaik mungkin mengingat tempat kerja saya berhubungan dengan bahan kimia. Saya memilih untuk tetap bekerja di lab saat hamil karena saya agak perfeksionis, kalau bukan dari hasil tangan sendiri rasanya kurang afdol hehehe.

Momen Kelulusan S3 bersama sang buah hati
Saat kehamilan menginjak bulan ke empat, saya harus melakukan penelitian yang cukup memakan waktu dan kontinyu karena lebih dari 30 samples harus saya analisis, alhasil saya harus tidur di lab.
Dibantu suami yang selalu siap siaga tiap saat, sabar dan ikhlas membantu meringankan pekerjaan istrinya ini meskipun beliau sendiri juga sibuk. Kami membagi waktu berdasarkan ritme penelitian yang diharuskan setiap 45 menit untuk analisis sample. Jadilah kami tetap terjaga malam itu untuk menyelesaikan serangkaian penelitian.
Selama masa kehamilan, saya juga mengambil kelas 3 mata kuliah dan harus naik tangga ke lantai 5 untuk sampai di ruang kuliah.
Beberapa presentasi di kelas saya lakukan saat hamil, saya niatkan supaya inshaAllah anak saya familiar dengan ilmu pengetahuan bahkan sejak ia masih dalam kandungan.
Alhamdulillah berita menggembirakan datang sebagai angin segar disela-sela kepenatan rutinitas lab, paper saya diterima. Wah, rasanya senang, gembira bukan main. Perjuangan 5 bulan berkonsentrasi penuh dalam penulisan paper ilmiah dan dalam kondisi hamil terbayarkan dengan diterimanya paper saya di Jurnal SCI yang bereputasi.
Pada bulan Agustus 2015, paper penelitian PhD saya telah terbit secara online. Bisa dibilang di tahun 2015 saya melahirkan 2 karya, karya ilmiah dan karya Tuhan, MashaAllah.

Keluarga adalah sumber motivasi terbesar dalam menyelesaikan PhD studi
Banyakkah mahasiswi Indonesia yang studi di China dan di kota mana saja mereka biasanya tinggal?
Mahasiswa Indonesia yang studi di China lumayan banyak, ada sekitar kurang lebih 18 ribu pelajar yang tersebar di segala penjuru kota di China. Di Wuhan sendiri, dikota tempat saya berlajar, ada kurang lebih empat ratusan pelajar mulai dari S1 hingga S3.
Apa saja opsi pembiayaan studi S3 di China? Bagaimana dengan ketersediaan beasiswa?
Opsi pembiayaan studi S3 di China bisa diperoleh melalui beasiswa pemerintah China. Kebetulan saya dan suami sama-sama penerima beasiswa dari China Govt Scholarsip untuk PhD. Ketika itu saya mengambil jurusan Agricultural Processing and Storage Engineering, sedangkan suami mengambil studi tentang Molecular Biology and Biochemistry.
Untuk memperoleh beasiswa S3 dari pemerintah China itu sendiri bisa ditempuh selama kita mempunyai Letter of Acceptance (LOA) dari Profesor yang ingin dituju, disertakan dengan publikasi karya ilmiah ataupun penghargaan-penghargaan lainnya dan juga kemampuan dasar bahasa asing supaya menjadi nilai positif saat melamar.
Selain itu, ada juga beasiswa yang berasal dari (Islamic Development Bank) IDB maupun beasiswa dari pemerintah Indonesia.
Bagaimana cara Mbak sehari-hari menjalani peran sebagai Ibu juga ketika dulu masih sebagai mahasiswi S3?
Alhamdulillah supervisor sangat pengertian dengan kondisi saya yang baru saja melahirkan di rantau dengan kondisi tanpa keluarga dan sanak saudara. Beliau memberi saya holiday selama 6 bulan untuk fokus membesarkan buah hati.
Setelah masa cuti habis, saya harus kembali ke lab untuk melanjutkan penelitian, saya dan suami membagi waktu seefisien mungkin, jika pagi hari saya ke lab maka suami yang bertugas menjaga anak kami di pagi hari.
Sistem kami dalam 1 hari ada 24 jam, 8 jam untuk istirahat maka tersisa 16 jam terbagi secara adil 8 jam untuk saya bekerja dan 8 jam untuk suami bekerja. Jadi saat saya pulang suami pergi kerja begitu seterusnya, dan ini merupakan pengorbanan kami untuk tetap menyeimbangkan waktu antara keluarga dan pendidikan. Dan akhir pekan adalah hari keluarga bagi kami, hanya diakhir pekan lah kami dapat bersama-sama mengasuh anak kami dan menghabiskan quality time bersama.
Tetapi, ketika anak sakit, saya harus ijin dari lab untuk merawatnya dan biasanya pada saat akhir pekan saya harus mengejar beberapa eksperimen yang tertunda saat saya off dari lab. Ritme pengaturan waktu seperti ini sudah cukup membuat exhausted lho hehe. Tapi hikmahnya kami jadi lebih bisa menghargai waktu dan tidak menyia-nyiakannya untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.
Setelah penelitian saya selesai, tiba saatnya untuk menyusun data dan menulis disertasi. Saat masa penyusunan disertasi, saya membagi waktu dimana di pagi hari adalah waktu bersama dengan anak, karena saat itu anak kami sudah menginjak masa balita yang harus selalu dalam pengawasan kami, dan dimalam hari saya biasanya mendedikasikan waktu untuk menyelesaikan disertasi.
Sleppless, exhausted and sometimes feeling frustration, hal-hal ini yang saya rasakan hampir setiap hari pada saat itu.
Karena untuk menulis disertasi sangat dibutuhkan ketenangan untuk mencari ide dalam penulisan dan sebagainya, namun saya harus dihadapkan dan dibiasakan untuk tetap fokus menulis disertasi sambil momong anak. Misalnya baru mau mengetik sudah ada yang ribut memanggil mama mama dari belakang hehehe.
Terlihat mudah namun ini sama sekali bukan perkara mudah, Alhamdulillah semua itu sudah terlewati dengan baik. Walaupun it takes time than normal but its ok for me hehehe

Family time di Guanggu, Wuhan
Seperti apa suasana Ramadan di China?
Kami menjalani puasa ramadhan di China selama 17 jam. Dimana imsak jam 03.45 dan berbuka jam 19.20. Tantangannya menjalani puasa di China adalah dengan kondisi kita yang berpuasa namun kita masih harus menjalani aktivitas seperti biasa. Berangkat ke lab pada jam 08.00 dan pulang jam 22.00.
Biasanya disela istirahat makan malam, dimanfaatkan untuk mempersiapkan waktu berbuka setelah berbuka harus kembali lagi ke Lab untuk melanjutkan experiment atau meeting dengan Profesor.
Ditambah lagi dibulan Mei-Juni adalah bulan dimana cuaca sedang panas dengan suhu berkisar antara 29°C-33°C.
Ada sedikit tips dari saya untuk menjalani puasa dengan durasi yang lama supaya tetap semangat dan tidak lemas adalah ketika sahur sebaiknya menghindari konsumsi teh/kopi karena teh/kopi mengandung kafein yang bisa mempengaruhi metabolisme tubuh kita sehingga kita mungkin akan menjumpai efek dizzy atau pusing lemas karena metabolisme yang terganggu.
Baiknya kita lebih mengkonsumsi yogurt, buah-buahan dan air putih juga kurma.

Momen buka puasa bersama dirantau
Bisa cerita sedikit tentang penelitian S3 Mbak Putri?
Penelitian saya adalah terkait preservasi telur. Saya menemukan zat yang dapat menghambat/mengurangi proses pembusukan selama proses pengawetan dan juga dapat memperpanjang masa simpan sekaligus meningkatkan nutrisi dan mempertajam rasa sehingga dapat menjadi salah satu produk makanan alternatif bagi konsumen yang juga dapat menawarkan asam lemak esensial yang bagus untuk kesehatan.

Saat mempresentasikan hasil penelitian dalam International Conference of Egg Science and Technology, November 2013
Apa yang menjadi motivasi terbesar Mbak Putri studi S3 dirantau sambil juga menjalani peran sebagai ibu dan istri?
Ya, saya memilih pendidikan sebagai sarana untuk membangun generasi penerus dimasa depan, walaupun untuk mencapai semua ini diperlukan perjuangan yang tanpa henti dan pengorbanan yang tak kenal lelah.
Saya juga ingin menepis anggapan yang beredar dikalangan sebagian orang, jika pendidikan dan jabatan sebagai seorang ibu tidak bisa berjalan beriringan.
Seorang wanita tidak selalu harus memilih antara pendidikan dan kodratnya sebagai seorang Ibu, kedua peran ini dapat berjalan dengan harmonis dan berkesinambungan bahkan tetap dapat berkarya dan berkontribusi dengan baik tanpa perlu memilih peran salah satunya. Namun tetap diperlukan perjuangan yang gigih tak mengenal lelah dan berputus asa.
Saya sangat percaya bahwa pendidikan adalah hak setiap manusia termasuk wanita, dan layak untuk diperjuangkan.
***Putri Widyanti Harlina adalah lulusan PhD dari Huazhong Agricultural University, Wuhan, China
0 Comments