Yusmiana Rahayu: Tips Menjalani Tes Wawancara Beasiswa AAS

Published by arispamungkas88 on

Australia Awards Scholarship (AAS) merupakan beasiswa internasional bergengsi yang menyediakan pendidikan kelas dunia bagi para pemimpin baru di Australia. Beberapa mahasiswa di dunia tak terkecuali di Indonesia berlomba-lomba untuk mendapatkan beasiswa ini. Tahun 2022 ini, pendaftaran beasiswa AAS akan ditutup pada akhir bulan April. Apakah kalian termasuk salah satu yang sudah mengirimkan berkas pendaftaran?

Tentunya setiap orang memiliki lika-liku perjalanan menarik dalam mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi baik di Dalam Negeri maupun di Luar Negeri. Pada kesempatan ini saya akan berbagi tentang pengalaman sebagai penerima beasiswa AAS intake tahun 2020, khususnya beberapa tips untuk menghadapi tes wawancara. 

Saya mendaftar beasiswa AAS sekitar bulan April 2019, dengan persiapan yang cukup singkat. Pada waktu pengumuman beasiswa AAS mulai dibuka, saya langsung mempersiapkan syarat-syaratnya. Salah satu persyaratannya adalah kemampuan Bahasa Inggris yang ditunjukkan dengan TOEFL ITP atau IELTS. Saat itu sertifikat IELTS yang saya miliki sudah kadaluarsa, dan untuk mengambil test lagi diperlukan biaya yang lumayan mahal, sehingga saya memutuskan untuk mengikuti tes TOEFL ITP yang biayanya cukup terjangkau. Lembaga tes TOEFL ITP yang saya ikutin dekat dengan kantor saya,  sehingga tidak membutuhkan perjalanan jauh untuk menjalani tes. Biaya tes saat itu (saya bayar akhir Januari 2019) sebesar 550 ribu rupiah. Pelaksanaan tes TOEFL ITP  pada tanggal 5 Februari 2019 dan mendapatkan hasil sekitar 2 minggu. Setelah semua persyaratan lengkap, saya submit aplikasi pendaftaran beasiswa AAS pada tanggal 27 April 2019, tiga hari sebelum penutupan pendaftaran. 

Pada tanggal 28 Juni saya mendapatkan email dari Australia Awards Indonesia yang intinya: 

Kami mengucapkan selamat atas terpilihnya saudara untuk mengikuti tahap kedua dari proses seleksi Australia Awards Scholarship (AAS). Sehubungan dengan itu, kami mengundang saudara untuk mengikuti Joint Selection Team (JST) Interview dan IELTS test. 250 pelamar yang lulus seleksi tahap kedua ini akan menjadi penerima beasiswa Australia Awards untuk Intake 2020 dan akan mulai perkuliahan di Australia di tahun 2020 setelah menyelesaikan Pre-Departure Training di Indonesia.

Saya merasa bersyukur dan senang sekali setelah membaca email tersebut, meskipun baru lolos tahap pertama. Kemudian saya melaksanakan test IELTS pada tanggal 17 dan 20 Juli, lalu tes wawancara atau JST (Joint Selection Team) interview pada tanggal 1 Agustus 2019. Pengalaman test IELTS dan wawancara kala itu rasanya sangat menegangkan. Tes wawancara berlangsung selama kurang lebih 30 menit, dan harus berhadapan dengan para pewawancara yang expert, terdiri dari 4 orang.

Pengalaman wawancara tersebut pada akhirnya membuat saya semakin percaya diri untuk membagikan beberapa tips agar siap menghadapi tes wawancara AAS,  yaitu sebagai berikut

  • Berusaha tenang sebelum wawancara dimulai, untuk memastikan kita bisa mengerti dan menjawab pertanyaan panelis dengan baik. Pastikan kita sudah mempelajari dan memahami berkas aplikasi beasiswa yang kita kirimkan. Jaga postur tubuh agar tidak terlalu tegang, tetapi juga tidak membungkuk. Pastikan juga untuk melakukan kontak mata ke seluruh panelis yang ada. Hal ini untuk menunjukkan kepercayaan diri kita selama proses wawancara berlangsung.
  • Masing-masing panelis akan menanyakan pertanyaan dengan topik yang berbeda, misalnya pengalaman menjalani studi sebelumnya, kemudian visi 5-10 tahun ke depan, alasan pemilihan universitas, dan lain-lain. Wawancara yang saya jalani cukup menyenangkan karena para panelis seperti mengajak saya ngobrol secara santai. Jadi tidak seperti diinterogasi atau disidang saat mempertahankan skripsi/tesis. 
  • Kita akan dipersilakan untuk mempresentasikan proposal/rencana penelitian selama 10 menit tanpa power point/presentasi. Selanjutnya akan dilanjutkan dengan pertanyaan mengenai detail rencana penelitian. Tipsnya adalah, sering berlatih untuk menceritakan proposal penelitian kita sesuai waktu yang ditentukan dan persiapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul. Kita sebagai pembuat rencana penelitian tentunya yang paling mengetahui rencana tersebut, tidak perlu takut salah di depan para panelis.

Untuk bagian ini, saya menyiapkan satu lembar kertas berisi bagan alur yang saya gunakan sebagai alat bantu dalam menjelaskan rencana penelitian. Tips ini sangat membantu saya saat itu untuk bisa menceritakan ide penelitian secara runut dan mudah dimengerti oleh para panelis. Tentunya saya meminta ijin terlebih dahulu untuk menunjukkan satu lembar bagan alur tersebut sebelum menjawab pertanyaan. Kesiapan kita dalam menjelaskan rencana penelitian menunjukkan bahwa kita sudah mengerti apa yang akan kita lakukan selama studi. Yang tidak kalah penting juga adalah mengenai kontribusi kita untuk Indonesia ketika kita sudah menyelesaikan studi. Perhatikan juga sektor-sektor yang menjadi prioritas dari Pemerintah Australia sebagai pemberi beasiswa (tersedia di website AAS). 

  • Pertanyaan-pertanyaan mengenai pengalaman studi sebelumnya biasanya untuk mengetahui bagaimana performa kita saat menjalani studi, apakah kita bisa bertahan menjalani berbagai tantangan yang muncul (resiliensi). Untuk bagian ini saya menceritakan tantangan yang saya hadapi saat menjalani studi double degree master program di Bandung dan Belanda. Pertanyaan-pertanyaan mengalir seputar permasalahan selama studi, namun saya juga menekankan bagaimana saya berusaha untuk menyelesaikan permasalahan dan tantangan-tantangan tersebut
  • Pertanyaan mengenai alasan kita memilih universitas tertentu sesuai yang kita ajukan di aplikasi. Untuk menghadapi pertanyaan tersebut, penting sekali bagi kita untuk melakukan riset terlebih dahulu atas pilihan universitas yang kita inginkan. Misalnya mengetahui kompetensi calon supervisor, adanya topik penelitian yang sesuai dengan rencana studi, tersedianya laboratorium atau alat-alat yang mendukung penelitian, dan lain-lain. Saya juga menyebutkan nama calon supervisor dan menceritakan bahwa salah satu kompetensi dan rencana riset beliau sesuai dengan proposal penelitian saya. Semakin kita memahami universitas yang kita tuju, semakin menunjukkan kalau kita sudah siap untuk melaksanakan studi. 
  • Menjawab pertanyaan mengenai visi 5-10 tahun mendatang perlu dipersiapkan sebelum wawancara. Tipsnya adalah sebutkan visi kita yang memang realistis dan bisa dicapai dalam jangka waktu tersebut. Hindari menyebutkan hal-hal yang terkesan kabur/samar-samar, misalnya dalam waktu 10 tahun lagi saya ingin menjadi peneliti yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Lebih baik untuk menyebutkan visi yang terukur dan mampu dicapai, misalnya dalam 5 tahun setelah saya menyelesaikan studi PhD, saya akan kembali ke institusi dan menjadi peneliti di jenjang yang lebih tinggi dengan beberapa publikasi ilmiah internasional. Hasil penelitian saya bisa dimanfaatkan sebagai masukan kebijakan di sektor pesisir dan laut. 
  • Satu pertanyaan terakhir yang paling saya ingat saat itu adalah “kenapa kami harus berinvestasi untuk anda sekolah S3, jika hanya untuk menyelesaikan suatu masalah di Indonesia ini kami bisa saja mengundang anda untuk mengikuti training atau workshop yang pastinya biayanya akan jauh lebih kecil dari biaya S3?”. Pertanyaan yang tidak disangka-sangka, dan saya meminta waktu sejenak sebelum menjawabnya. Akhirnya saya menjawab bahwa memang dengan mengirim saya untuk mengikuti training atau workshop bisa menyelesaikan salah satu masalah yang ada, namun dengan berinvestasi untuk saya sekolah, akan lahir satu expert baru yang bisa mengatasi banyak masalah di masa yang akan datang khususnya di sektor yang saya pelajari. Itu salah satu contoh jawaban spontan yang terpikir oleh saya, mungkin teman-teman akan punya jawaban-jawaban lain yang lebih baik lagi.

Secara umum, tes wawancara adalah cara panelis untuk mengetahui karakter calon penerima beasiswa. Tentunya ini adalah waktu yang tepat untuk menunjukkan kualitas terbaik diri kita dalam waktu yang relatif singkat tersebut. Pastinya berbagai kekhawatiran muncul, seperti apakah kita sudah cukup menguasai topik riset yang kita ajukan. Pada tahap ini pastinya masih banyak ketidakpastian, proposal penelitian pun bukan tidak mungkin akan berubah total seiring berjalannya studi. Namun pada saat wawancara, kepercayaan diri kita dalam menjelaskan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan menjadi acuan bagi para panelis untuk melihat kesiapan kita dalam menjalani studi. Semoga teman-teman semua bisa menjalani tes wawancara dengan baik dan mendapatkan beasiswa sesuai dengan yang diharapkan. 

Artikel ini ditulis oleh Yusmiana Puspitaningsih Rahayu (PhD candidate di School of Biological Sciences, The University of Western Australia & Peneliti di Kementerian Kelautan dan Perikanan/BRIN), dan diedit oleh Anfalia dan Wawat Srinawati untuk PhD Mama Indonesia. Yusmiana Puspitaningsih Rahayu dapat dihubungi di yusmiana.rahayu@research.uwa.edu.au 

Categories: Beasiswa

0 Comments

Leave a Reply

%d