Della Rahmawati: “Sekolah adalah Mimpi Keluarga, Maka Semua Bersama Beradaptasi”
Bercerita tentang perjalanan studi memang sangat menarik, karena setiap orang memiliki cerita dan perjalanan masing-masing. Beberapa waktu yang lalu tim PHD Mama Indonesia berhasil menghubungi Della Rahmawati, seorang mahasiswi asal Indonesia yang saat ini sedang menempuh Studi S3 di Osaka University.
Yuk, kita simak ceritanya…
Della berprofesi sebagai Dosen di Jurusan Teknologi Pangan di Swiss German University di Tangerang.
- Bagaimana perjalanan kuliah di Jepang?
Sehari-hari Saya berprofesi sebagai Dosen di Jurusan Teknologi Pangan di Swiss German University di Tangerang. Pada tahun 2013 saat saya mengambil studi Magister, saya mengikuti program pertukaran mahasiswa dalam PARE Program Hokkaido University Jepang. Dari program tersebut, saya mendapatkan pengalaman tinggal di Jepang selama beberapa bulan. Saat itu saya mendapatkan inspirasi tentang cara belajar masyarakat Jepang, dan bagaimana kehidupan masyarakat Jepang.
Berdasarkan pengalaman tersebut, saya ingin melanjutkan studi S3 di Jepang. Lalu pada tahun 2019, saya menempuh studi S3 di Osaka University pada bidang Bioteknologi dengan mendapatkan Beasiswa Pemerintah Jepang MEXT (Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology, Monbukagasukho) sampai hari ini.
- Bagaimana perjuangan membawa keluarga selama studi S3 disana?
Saat saya berangkat ke Jepang pada bulan September tahun 2019, Supervisor berpesan bahwa 6 bulan pertama perkuliahan saya harus fokus kepada diri sendiri, edukasi dan adaptasi. Waktu tersebut akhirnya saya manfaatkan untuk mengambil data dahulu sebelum nantinya keluarga menyusul.
Setelah cukup beradaptasi, saya mulai mempersiapkan kedatangan keluarga secara mandiri. Pada bulan Februari 2020, suami dan 2 anak saya menyusul. Pada saat itu anak yang pertama berusia 4 tahun dan yang kedua berusia 2 tahun.Seluruh anggota keluarga beradaptasi, termasuk suami yang pada akhirnya mendapatkan kerjaan part time pada bulan Desember tahun 2020. Tahun tersebut juga merupakan awal Pandemi Covid-19, sehingga kami banyak melakukan aktivitas didalam rumah, namun sedikit demi sedikit situasi membaik dan kami mulai kembali beraktivitas seperti sedia kala.
- Bagaimana system daycare di Jepang?
Pada saat saya menempuh studi S3 anak-anak masih balita. Saya berusaha mencari informasi tentang tempat pengasuhan anak (Daycare). Masyarakat Jepang biasa menyebut Daycare dengan istilah “Houikuen”, dimana orang tua dapat menitipkan anak mereka selama bekerja. Daycare di Jepang dikelola oleh pemerintah. Sistem penerimaan ke tempat Daycare sangatlah kompetitf, terdapat waiting list yang sangat tergantung pada seberapa urgent anak tersebut ditipkan di Daycare. Kami memperoleh informasi terkait Daycare dari City Hall semacam Kelurahan di Jepang.
Pada bulan April tahun 2021, anak pertama saya masuk TK atau kalau di Jepang disebut “Youchien”, lalu ada Daycare setelah pulang TK. Sedangkan untuk anak ke dua kami memilih full day di Daycare. Kami senang karena lokasi TK persis berada di depan tempat tinggal sehingga mudah terpantau.
- Apa hal spesial dari Pendidikan di Jepang?
Sekolah di Jepang menggunakan bahasa Jepang. Anak saya yang pertama Alhamdulillah baru beberapa bulan sudah fasih menggunakan bahasa Jepang. Saya senang sekali dengan kurikulum di Negeri Sakura ini, karena pelajaran yang diajarkan di Sekolah adalah hal yang cukup penting seperti tentang bagaimana cara mengantri, mengucapkan tolong dan terimakasih, tata cara menyapa orang, mengambil makan sendiri dan hidup mandiri. Bahkan selama sekolah di TK, anak saya ada jadwal piket siswa untuk menyiapkan makanan teman-temannya.
- Jika ada PHD Mama yang sedang studi dan punya anak, adakah tips memilih Sekolah untuk anaknya?
Untuk saat ini tidak perlu khawatir, karena dapat mencari informasi sebanyak mungkin mulai dari di Internet, jejaring Alumni atau aktif mencari informasi di City Hall. Jika ada PHD Mama yang memiliki anak SD dan belum bisa bahasa Jepang, akan disediakan Tutor Bahasa Jepang yang akan membantu. Satu hal yang menarik yaitu anak-anak SD di Jepang sudah mandiri, mereka harus berangkat dan pulang sekolah sendiri.
- Sebagai penutup, apa closing statement untuk PHD Mama yang akan berencana membawa keluarga di rantau?
Jangan takut ya, buat afirmasi positif bahawa semua akan baik-baik saja. Selalu ingat bahwa sekolah itu mimpi keluarga, bukan bagi yang sekolah saja. Sehingga harus membentuk afirmasi positif “ini sementara, nanti akan indah pada waktunya”.
Keren, menarik sekali ya percakapan hari ini bersama Ibu Della Rahmawati. Buat kamu yang mau request topik atau narasumber, silakan drop di kolom komentar ya. Sampai ketemu di artikel berikutnya.
Tulisan berikut merupakan hasil wawancara dengan Della Rahmawati yang ditulis oleh Laksita Gama Rukmana, dan diedit oleh Roudhotul Anfalia dan Wawat Srinawati untuk PhD Mama Indonesia. Della bisa dihubungi via email berikut (rahma.6789@gmail.com)
0 Comments