Cerita para papa pendukung PhD Mama. Yulianto: Rela melepas bisnis demi PhD istri
Bagi Yulianto, biasa dipanggil Yanto, mendukung cita-cita istri merupakan sesuatu yang sudah natural untuk dilakukan. Perannya dalam karir istrinya, Yanti, begitu dominan. Memboyong istrinya ke Pekanbaru saat hamil muda, Yanto lah yang mengirimkan lamaran agar Yanti menjadi dosen di Universitas Riau hingga akhirnya menjadi PNS. Menyadari sepenuhnya bahwa seorang dosen akan wajib menjalani S3, Yanto pun langsung mendorong istrinya untuk segera melanjutkan studi selagi masih muda.
Perjalanan S3 Yanti dimulai dengan mendapatkan kesempatan untuk menempuh program pelatihan Bahasa Inggris untuk dosen dari DIKTI di Lembaga Bahasa Internasional (LBI) UI selama 3 bulan. Setelah program tersebut selesai, ternyata score Bahasa Inggris masih belum mencukupi untuk mendapatkan beasiswa S3. Yanti pun mulai membuat rencana alternatif untuk melanjutkan studi di UI. Namun, Yanti kembali mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan Bahasa Inggris. Kali ini, pelatihan membutuhkan waktu selama 6 bulan di IALF Jakarta. Yanto merasa sudah kepalang tanggung dan akhirnya memutuskan untuk memboyong semua keluarganya ke Jakarta, sambil sesekali pulang untuk menengok Ibu dan bisnisnya di Pekanbaru.
Saat di Jakarta, Yanto tetap mengikuti nalurinya sebagai pebisnis sambil mendampingi Yanti mengikuti pelatihan (kursus). Setelah mengantar Yanti ke tempat kursus, Yanto sering pergi ke Mangga Dua untuk mencari kesempatan bisnis, hingga akhirnya ia bisa membuka toko di sana. Tetapi, ketika bisnisnya sedang maju dan berkembang, Yanti mendapatkan beasiswa LPDP untuk program PhD di University of Auckland, New Zealand.
Tanpa banyak pertimbangan, Yanto mengiringi keberangkatan Yanti ke New Zealand, yang saat itu dalam keadaan hamil lima bulan. Pada awalnya, bisnis di Jakarta masih tetap bisa dipegang dengan bantuan karyawan. Namun keadaan di New Zealand membuat Yanto tak lagi memiliki waktu untuk mengawasi bisnisnya. Bersama istri, ia membantu untuk mengurus dua putri serta kehadiran bayi mereka yang baru lahir.

Bagi Yanto, mendukung istri pada saat studi PhD sangatlah penting. Walaupun pernah ada terbersit rasa kecewa karena kehilangan kesempatan usaha yang sudah berkali-kali dirintis dan tengah berkembang, ia berpendapat bahwa apa yang didapat selama mendampingi istri di New Zealand telah cukup mengkompensasinya. Anak-anak berkesempatan mendapatkan pendidikan yang baik dan juga pengalaman hidup yang tidak dapat dibeli di manapun. Sebagai orang yang biasa merantau, berpetualang, dan merasakan hidup di berbagai tempat dan situasi, Yanto merasa pengalaman tinggal di New Zealand merupakan kesempatan yang sangat mengesankan baginya.
Selain itu, Yanto merasa bangga dapat mendukung cita-cita istrinya untuk mengecap pendidikan di luar negeri. Ia tahu bahwa proses yang ditempuh untuk mendapatkan gelar tersebut tidaklah mudah. Yanto teringat, istrinya bisa menangis berkepanjangan dan termenung setiap habis bertemu dengan supervisor, sehingga penting didampingi oleh suami agar bisa membangkitkan kembali semangat juangnya. Selain itu, suami juga dapat menemani istri saat menghadapi masa-masa sulit. Misalnya, saat Yanti pingsan ketika menerima kabar kehilangan Ibunya di minggu-minggu terakhir sebelum Yanti submit thesis. Sehingga dapat dikatakan bahwa seorang suami memiliki peranan penting dalam pendidikan S3 istri.
Bagi suami yang belum dapat mendampingi istrinya ketika belajar, Yanto merasa bahwa dukungan tetaplah harus terus diberikan. Menurutnya, hadir merupakan pilihan yang terbaik, tetapi ketika kehadiran itu terkendala, suami dapat memberikan dukungan berupa kepercayaan penuh kepada istrinya dan juga berdoa. Percaya bahwa istri sedang dalam proses belajar, percaya bahwa istri dapat menyelesaikan apa yang telah dimulai dengan baik, dan percaya bahwa semua akan bersatu lagi setelah proses belajar ini usai.
* Ditulis oleh Tatum Syarifah Adiningrum untuk PhD Mama Indonesia
1 Comment
Wanto · August 20, 2023 at 2:34 am
Boleh ijin bisa menghubungi Pak yanto via apa ya? Kebetulan saya suami yang istrinya sedang berjuang phd lpdp juga. Barangkali bisa sharing apa yang harus saya siapkan ?