Della Rahmawati: Trik Mencari Tempat Tinggal Murah Untuk Keluarga di Osaka-Jepang

Published by Della Rahmawati on

Mencari tempat tinggal yang baik untuk diri sendiri sekaligus keluarga dan dekat dengan kampus di negeri orang memang tidaklah mudah. Apalagi dengan kondisi biaya hidup yang relatif tinggi, dengan pemasukan terbatas sebagai mahasiswa dengan beasiswa.

Perkenalkan saya Della Rahmawati, mahasiswi PhD Biotechnology Department, Graduate School of Engineering Osaka University akan bercerita sedikit mengenai trik mendapatkan tempat tinggal murah di Jepang, khususnya di Osaka.

Perjalanan PhD saya dimulai pada tahun 2019, dimana saat itu usia anak kedua saya masih berumur 7 bulan dan anak pertama berusia 2,5 tahun. Ya, saya seorang PhD mama dengan dua orang anak balita. Kondisi tersebut yang membuat saya memutuskan berangkat seorang diri terlebih dahulu tanpa disertai kedua anak dan suami. Bagi saya, penting melihat situasi dan kondisi di tempat studi sebelum membawa serta kedua anak saya.

Pada saat itu, Osaka merupakan salah satu kota dengan biaya hidup cukup mahal. Biaya sewa untuk sebuah apartemen studio (single) berkisar 45,000-60,000 yen per bulan, atau setara dengan 5,900,000 – 8,000,0000 rupiah. Sedangkan biaya sewa apartemen untuk keluarga bisa diatas 70,000 yen per bulan. Beasiswa yang saya dapatkan adalah beasiswa dari Pemerintah Jepang (Ministry of Education, Culture, Sports, Science and TechnologyMonbukagakusho: MEXT) sebesar 146,000 yen per bulan. Sehingga hampir tidak mungkin jika saya harus menghabiskan lebih dari setengah bagian beasiswa hanya untuk akomodasi.

Akan tetapi, saya tidak kehabisan akal. Sebelum berangkat ke Jepang, saya sudah mencari tahu tentang perumahan pemerintah yang disediakan pemerintah Jepang untuk warga “low income”. Saya sebagai mahasiswi penerima beasiswa, masuk dalam kategori tersebut bahkan dikategorikan sebagai penduduk “no-income”. Semua orang yang masuk kategori “low income” bisa mendaftar, baik itu warga negara Jepang dan warga negara asing yang tinggal di Jepang dalam jangka waktu yang panjang.

Harga sewa perumahan pemerintah ini sangatlah murah, berkisar antara 10,000-22,000 yen per bulan untuk tipe single dan keluarga dengan tipe tiga ruangan. Sangat jauh lebih murah dibandingkan dengan harga sewa apartemen biasa bukan? Hanya saja, untuk mendapatkan perumahan tersebut kita perlu berkompetisi dengan para pelamar lainnya, karena sistemnya adalah undian.

Singkat cerita, saya mencoba mendaftar. Alhamdulillah saya mendapatkan undian dan diperbolehkan menempati salah satu apartemen pemerintah tersebut yang letaknya tidak jauh dari kampus saya. Sehingga, saya bisa dengan tenang mengundang anak-anak untuk datang ke Osaka berjuang bersama dengan saya menjalani kehidupan baru kami disini.

Bagi teman-teman PhD mama yang ingin melanjutkan studi di Jepang, dan ragu karena permasalahan tempat tinggal, bisa dicoba juga untuk mencari informasi tentang perumahan pemerintah di kota tujuan studi masing-masing. Informasi pendaftaran dan lain-lain bisa didapatkan di City Hall kota tujuan atau bahkan website kota tujuan. Informasi mungkin bisa akan sedikit berbeda antara kota satu dan yang lainnya.

Semoga kita semua bisa diberikan kelancaran dalam menggapai cita ya mama. Semangat.

*Artikel kontribusi Della Rahmawati, diedit oleh Faranita untuk blog phdmamaindonesia.


3 Comments

Farida · July 12, 2021 at 5:30 am

Halo Mba Della, thx untuk sharingnya. Kebetulan saya juga september ini akan lanjut studi di Ritsu dengan beasiswa MEXT. Saya mau tanya Mba, semisal saya mau bawa keluarga, apakah bisa hanya anak saja yang dibawa mba (tanpa suami)? Mohon infonya, tks.

    Della Rahmawati · July 13, 2021 at 12:49 am

    Halo mba Farida, salam kenal. Sebetulnya membawa anak saja tanpa membawa suami mungkin saja dilakukan. Hanya saja, ini terkait pembagian waktu dalam mengurus anak n tugas belajar. Di jepang untuk anak2 dibawah usia sekolah ada fasilitas daycare, hanya max hingga jam 5 sore. Sehingga waktu untuk kerja di lab hingga pukul 5 sore jg. Mungkin seperti yg mba sudah tau juga, rata2 core time lab di jepang lebih dari jam 5 (tergantung lab, tentunya). Lalu, jika anak sakit perlu segera dijemput. Jika hanya sendiri, mungkin harus direncanakan betul time management nya dan perlu juga dibicarakan dengan advisor (sensei). Karena kalau sudah disini, bagaimana pun Sensei pasti mengharapkan sesuatu dari kita. Semoga membantu mba.. Semangat.. ^_^

Mochamad Mardi · August 3, 2022 at 7:56 am

Halo Mba Della..

Mau tanya, mba cari tempat tinggal ini saat sebelum atau sesudah beradai di Osaka ya mba? keyword apa yang paling pas saya gunakan untuk mencari informasi mengenai perumahan pemerintah ini di internet ya mba?

Terima kasih banyak

Leave a Reply

%d