Membalut Luka Menggapai Asa: Perjuangan Single PhD Mama

Published by etakidah on

Nama saya Erika Takidah, ibu dari tiga anak yang saat ini sedang studi PhD di Institute of Islamic Banking and Finance, International Islamic University Malaysia. Cerita saya ini sedikit berbeda dengan para PhD mama lainnya. Disaat yang lain melanjutkan langkah studi dengan motivasi yang ideal, saya justru malah memilih studi lanjut ini sebagai jalan “move on” atas luka yang tertoreh di hati kami.

Keputusan untuk sekolah lagi ini datang ketika saya menyadari bahwa saya harus membangun suasana baru bagi saya juga anak-anak.

Dengan niat dan dukungan penuh dari keluarga besar saya dan tentunya pihak institusi tempat saya bekerja. Beberapa teman berpesan bahwa mempersiapkan sekolah PhD seperti akan berlari marathon, dimulai dengan latihan yang cukup, kondisi fisik dan mental yang baik. Tapi kebalikannya saya malah memulai perjalanan studi dengan kondisi “compang camping” karena saya dan anak-anak masih mengalami trauma dan terluka akibat proses perceraian yang harus kami hadapi.

Di saat yang hampir bersamaan institusi saya mendapatkan bantuan dari Saudi Fund For Development (SFD) untuk program studi lanjut. Ini merupakan kesempatan emas bagi saya untuk melanjutkan studi. Saya sangat bersyukur karena kesempatan ini tidak akan datang dua kali, maka perjalan saya dimulai untuk belajar lagi setelah lulus master 14 tahun yang lalu.

Mempersiapkan Studi Lanjut

Tahap persiapan saya mengumpulkan informasi tentang kampus tujuan dan saya sempatkan untuk berkunjung ke kampus tujuan. Ini adalah salah satu bentuk penyemangat diri, membangun afirmasi positif.

Saya akan kuliah disini dan meraih gelar doktoral dari kampus ini, meningkatkan ilmu, pengalaman dan berkontribusi untuk bidang ilmu saya setelah lulus dan pulang kembali ke tanah air.

Awalnya ada rasa kurang percaya diri mengingat umur saya pun tidak muda lagi, namun bukankah tidak ada kata terlambat untuk mencari ilmu? Saya juga sempatkan “sowan” dengan para mahasiswa PhD dan para alumni yang sudah ada di tanah air. Minimal saya memiliki banyak informasi gambaran penting tentang sistem perkuliahan, dukungan riset dan referensi supervisor. Buat saya peran mereka sangat penting, karena tak jarang juga diantara mereka menanyakan tentang topik riset dan memberikan masukan yang konstruktif, ini sangat membantu saya dalam mempersiapkan proposal dan riset yang akan saya kerjakan.

Membawa Anak-anak Pindah

Sebelum pindah ke Malaysia persiapan yang paling sulit adalah memindahkan anak-anak sekolah, karena saya tidak ingin berpisah dengan mereka. Pilihan berat ini harus diambil, saat itu tiga anak saya duduk di kelas 3 SD, 7 SMP dan 11 SMA. Saat mereka juga sedang menikmati sekolah dan berorganisasi bersama teman-temannya. Ada banyak pertanyaan dari mereka: Kenapa harus pindah? Memang mama ga bisa kuliah di Jakarta aja? Apakah di sana sekolahnya asik juga seperti di sini?

Saya sampaikan kepada mereka: kalian bukan berkorban demi Mama sekolah PhD tapi kalian adalah partner mama berjuang bersama meraih cita-cita dan yakinlah kita bisa dan akan saling menguatkan. Untuk meyakinkan mereka saya membutuhkan waktu yang tidak sebentar, setiap anak menunjukan reaksi yang berbeda sehingga saya harus menghadapinya satu persatu dengan cara yang berbeda pula. Pada akhirnya mereka setuju untuk berjuang bersama pindah ke negeri jiran ini.

Selain membantu anak-anak beradaptasi di lingkungan yang baru, saya juga harus menghadapi masalah administrasi yang rumit terutama visa untuk ketiga anak saya.  Karena saya adalah ibu tunggal yang berstatus cerai, maka pihak imigrasi meminta dokumen tambahan khusus. Mereka meminta surat resmi hak asuh anak-anak pada ibunya dari pengadilan, dan jaminan hidup anak-anak selama di Malaysia. Mereka memastikan bahwa saya tidak terlibat kasus hukum terkait hak asuh anak-anak saya. Proses ini  cukup menguras waktu dan pikiran saya saat itu, walaupun akhirnya semuanya dapat diselesaikan dengan baik karena semua dokumen berstatus legal dan lengkap.

Keluarga dan Support System Yang Kuat

Dalam perjalanan studi pasti ada masa up and down, ada kalanya kuliah sangat menyenangkan ada pengetahuan baru, teman diskusi baru. Di sisi lain kita dihadapkan dengan tugas bertumpuk, dan target penulisan disertasi dan publikasi. Kadang suasana rumah dan hati tidak mendukung membuat saya stress.  Keluarga adalah support system utama, doa dan perhatian orang tua juga saudara memegang peranan penting dalam perjalanan saya. Saya usahakan seterbuka mungkin kepada mereka mengenai kondisi saya sehari-hari agar mereka tidak khawatir dan saya juga lebih tenang,

Selain itu peran sahabat dekat sangatlah besar. Mereka adalah inner circle dimana saya bisa berbagi semua kesenangan dan kegalauan saya. Ini yang membuat saya kuat, mereka juga pernah berjuang dan lulus menjadi PhD hingga mereka bisa memahami apa yang kita rasakan di masa studi dan terus menyemangati kita. Peran teman-teman dari berbagai komunitas pun tak kalah pentingnya, saya berusaha terlibat dengan komunitas-komunitas yang positif agar saya bisa terus kuat bertahan menjalani studi sambil mengasuh didik anak-anak.

Menikmati Perjalanan Akademik

Perjalanan studi S3 memang panjang dan perlu bekal yang cukup. Bekal artinya pengetahuan, pengalaman, jejaring dan akses penunjang riset. Salah seorang teman berpesan walaupun kita kuliah di satu kampus terus aktiflah mencari berbagai informasi terkait riset di kampus lain yang terjangkau. Oleh karenanya saya selalu menyempatkan diri mampir ke kampus “tetangga” sekedar ke perpustakaan atau mengikuti beberapa pelatihan terkait riset, penguasaan software dan lain-lain. Di dunia maya tak kalah ramainya support groups untuk mahasiswa doktoral. Saya mengikuti beberapa grup Facebook yang memberikan informasi yang up to date yang isinya sangat bermanfaat sekali untuk mahasiswa doktoral. Yang terpenting adalah disiplin membagi waktu untuk diri sendiri dan anak-anak, jangan berhenti, terus bergerak dan yakin perjalanan ini akan ada titik akhirnya.

Saya menyadari bahwa walaupun kita sendiri menjalani studi tapi kita tidak akan pernah kesepian selama kita aktif bergaul menambah wawasan dan teman. Perjalanan ini belum selesai, saya masih harus berkomitmen dan konsisten untuk mencapai tujuan akhir. Saya yakin bahwa jika perjalanan studi ini selesai, akan menjadi kenangan manis dan berharga bagi saya dan anak-anak. Insya Allah.

*Kontribusi Erika Takidah, Kandidat PhD di Institute of Islamic Banking and Finance, International Islamic University Malaysia. Dosen Universitas Negeri Jakarta.


0 Comments

Leave a Reply

%d