PhD Mama Bella: thesis, terapi dan sholat di emergency exit
Bella bolehkah cerita sedikit seperti apa proses awal hijrah ke Kanada?
Jadi awalnya aku lulus dari jurusan Teknik Gas dan Petrokimia UI tahun 2005 lalu diterima bekerja di BPPT. Tapi kemudian baru sebulan kerja aku mendapat rekomendasi dari teman sehingga dapat undangan wawancara Schlumberger yang ternyata juga menawarkan pekerjaan buatku.
Dengan berbagai pertimbangan aku putuskan mengambil tawaran tersebut dan aku langsung dikirim ke Brooks, Alberta, Kanada.
Aku merasakan bekerja dari 2005 sampai 2007, dan aku memutuskan berhenti karena terus terang melelahkan sekali ya kerja di rig dengan jadwal 3 bulan on 1 bulan off.
Sebelum kembali ke ke Balikpapan, aku dipertemukan sama suami, yang ketika itu sedang mengambil S2 di University of Calgary ambil Mechanical Eng. Komunikasi berjalan terus sampai akhirnya aku pulang ke Indonesia dan bekerja di perusahaan Total di Balikpapan dari 2007-2009.
Di tahun 2009 itulah suami mengajak nikah dan PhD bareng. Aku mengiyakan, dan kembali ke Kanada tahun itu juga, dan memulai studiku sendiri setelah mendapat beasiswa di tahun 2010.
Melihat kebelakang, momen berat apa yang Bella rasakan selama studi?
Momen-momen terberat adalah ketika harus menjalankan tugas sebagai istri ibu dan murid dan peneliti di waktu yang bersamaan ya, dan suami juga sedang menjalani studi PhDnya. Kalau anak sakit, kita gantian ambil cuti. Lalu kalau ada conference sebisa mungkin kita ikut semua.

Jalan-jalan bersama keluarga sekaligus menghadiri conference di San Fransisco, USA
Ya seperti phdmama lain, sulit memisahkan kehidupan keluarga dengan kehidupan sebagai mahasiswa. Sementara tugas rumah tangga seperti masak, mencuci, bersih-bersih ya jadi rutinitas biasa, yang kita bisa melakukannya karena terbiasa.

Berpartisipasi dalam salah satu simposium
Yang agak spesial adalah mungkin karena kami harus memberi perhatian ekstra pada anak pertama kami yang memiliki kebutuhan khusus.
Jadi lah keseharian kami tak cuma jadi PhD student yang punya kewajiban mengikuti perkuliahan di kelas dan penelitian, tapi juga mendampingi putra kami ikut program intensif gratis dari pemerintah Kanada terkait kebutuhan khususnya.
Aku betul-betul terkesan dengan para therapist yang membantu kami saat itu, mereka semua betul-betul sabar dan profesional. Alhamdulillah aku merasa bersyukur banyak kemajuan yang aku rasakan di anakku dan tentunya dikehidupan keluarga kami.
Bagaimana tentang kehidupan sebagai Muslim di Kanada?
Ya sejujurnya salah satu tantangan hidup sebagai Muslim di Kanada adalah lokasi mesjid yang jauh dari tempat kita tinggal dan sedikit jumlahnya.
Sehari-hari, aku bisa sholat di ruangan kantor hanya ketika sedang tidak ada orang. Kalau ada orang ya sholat di emergency exit supaya tidak mengganggu yang lain.
Walau sebetulnya alhamdulillah aku nggak pernah mengalami racial abuse atau sejenisnya karena aku Muslim.

Suasana halal-bihalal dengan komunitas muslim di Kanada tahun 2014
Boleh cerita sedikit tentang riset PhD Bella?
Alhamdulillah setelah perjalanan yang cukup panjang yaitu 6 tahun 4 bulan aku lulus bulan April 2016. Sementara suami lulus sebulan sebelumnya.

Presentasi riset S3 alias thesis defence di bulan April 2016
Aku melakukan penelitian untuk optimisasi produksi gas dari sumur yg unconventional. Harapannya bisa membantu industri oil and gas dan pemerintah Kanada.

Wisuda bareng suami dibulan Juni 2016
Ada pesan khusus untuk teman-teman pembaca yang mungkin tertarik melanjutkan studi ke jenjang S3?
Hmm.. apa ya. Kalau dari pengalamanku, yang paling pertama aku sadari adalah bahwa mengambil PhD sambil jadi istri dan ibu itu sulit luar biasa, aku pribadi sering ada perasaan mau give up.
Tapi alhamdulillah ada suami dan anak dan utamanya Allah. Suami adalah orang yang selalu meng-encourage aku. Dulu juga mendaftar PhD karena diajak suami. Mendaftar jadi asisten profesor juga dorongan suami, padahal maunya jadi ibu rumah tangga aja (tertawa). Sumber kekuatan yang lain adalah lewat mendengarkan kisah-kisah orang lain seperti ceritanya Dr. Ingrid Mattson, salah satu Islamic scholar di Kanada yang juga seorang muallaf dan ibu yang memiliki anak yang lumpuh.
Jadi aku melihat barangkali PhD itu syarat utamanya adalah tahan banting ya, dan bisa menjaga komitmen dalam jangka waktu panjang.

Serunya berry picking bersama putra pertama

Bersama buah hati nomor 1 dan nomor 2 di dalam kandunganku
0 Comments