Bulan Mei dan Juni syarat akan peringatan tema kebidanan. Tanggal 5 Mei merupakan hari peringatan Bidan Dunia, dan 24 Juni diperingati sebagai Hari Bidan Nasional di Indonesia. Organisasi Bidan Dunia menetapkan bahwa bidan adalah siapa saja yang telah melalui pendidikan kebidanan dan telah melalui sertifikasi, diakui legal melakukan pelayanan kebidanan pada otoritasnya tersebut . Sedangkan di Indonesia, definisi bidan lebih unik karena hanya perempuan yang boleh berprofesi sebagai bidan sehingga menempatkan sesama perempuan sebagai pendamping dalam setiap siklus kehidupan, mulai dari persalinan hingga klimakterium. Hal ini sejalan dengan visi utama PhD Mama Indonesia yang akan selalu mendampingi dan memberdayakan sesama perempuan dan ibu untuk mendapatkan hak – haknya termasuk pelayanan kesehatan.
PELAYANAN KESEHATAN (KEBIDANAN)
Niken Bayu Argaheni ;(Bidan, PhD Student King’s College London)
Sebagai Bidan, bentuk dukungan dapat dilakukan dengan banyak strategi. Bidan memberikan informasi kepada perempuan tentang hak-hak mereka dalam kesehatan reproduksi, termasuk hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, privasi, dan informasi yang benar. Bidan memberikan penyuluhan mengenai pentingnya perawatan prenatal, nutrisi yang baik selama kehamilan, dan perawatan nifas. Bidan juga mengedukasi tentang tanda-tanda komplikasi yang harus diwaspadai. Seperti tanda bahaya trimester tiga. Hal ini juga diajarkan di kurikulum program studi kebidanan. Bidan memberikan dukungan emosional selama kehamilan, persalinan, dan periode nifas. Membantu mengurangi rasa cemas dan ketakutan yang mungkin dirasakan oleh ibu hamil. Banyak penelitian yang dilakukan bidan berkaitan dengan pengurangan rasa cemas, dan hal ini merupakan suatu kemajuan karena banyak peneliti di Indonesia yang tertarik meneliti di ranah tersebut. Bidan sering bekerja sama dengan pemerintah dalam berbagai program kesehatan masyarakat untuk memastikan bahwa kebijakan dan program kesehatan menjangkau perempuan di seluruh lapisan masyarakat. Contoh di Kota Solo misalnya, program stunting digagas dengan melibatkan kerjasama dari tiga profesi terkait bernama tim pendamping keluarga. Tim Pendamping Keluarga merupakan sekelompok tenaga yang dibentuk dan terdiri dari Bidan, Kader Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) dan Kader Keluarga Berencana (KB) untuk melakukan pendampingan, penyuluhan fasilitasi pelayanan rujukan dan fasilitasi penerimaan bantuan sosial kepada calon pengantin / calon pasangan usia subur, ibu hamil, ibu nifas, balita, serta surveilans keluarga berisiko stunting untuk mendeteksi dini faktor stunting. Ini merupakan salah satu bentuk kolaborasi bidan untuk mendukung program pemerintah.
Terkait situasi pelayanan kebidanan saat ini di Indonesia, Niken menggarisbawahi beberapa poin dari segi pendidikan kebidanan di Indonesia. Meskipun ada banyak program pelatihan untuk bidan, kualitas pendidikan dan pelatihan yang dilakukan bervariasi. Hal ini mempengaruhi kompetensi bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. Di masa depan, ia berharap akan ada badan akreditasi untuk program pelatihan. Selain itu, Indonesia masih menghadapi tantangan tinggi dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Faktornya diantaranya keterlambatan dalam mengakses layanan kesehatan, kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan kehamilan, dan kualitas layanan kesehatan yang masih perlu ditingkatkan.
Pada kasus ini memiliki banyak tantangan, dan ada peluang yang bisa dilakukan disana. Pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan berbagai program untuk meningkatkan pelayanan kebidanan, seperti program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), program Desa Siaga, Pusat Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pelayanan Puskesmas di seluruh Indonesia, demikian juga posyandu yang mendorong dan memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak di tingkat komunitas. Posyandu menyediakan layanan imunisasi, pemantauan tumbuh kembang anak, serta edukasi kesehatan bagi ibu hamil dan menyusui. Hal ini sesuai dengan setting tempat di Indonesia yang berbasis komunitas, dan program pemerintah yang ada bisa lebih efektif disosialisasikan lewat komunitas kecil yang dibangun. Program dari pemerintah ini dapat dipantau keberlanjutannya, apakah berhasil atau tidak. Selain itu, investasi dalam pelatihan berkelanjutan untuk bidan melalui berbagai program pelatihan dan workshop dapat meningkatkan kompetensi bidan dalam menghadapi berbagai situasi medis. Berkaitan dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan, pemanfaatan teknologi seperti telemedicine dapat menjadi solusi untuk mengatasi kendala geografis. Bidan di daerah terpencil bisa mendapatkan konsultasi dari dokter spesialis melalui telemedicine. Ini yang belum banyak diterapkan apalagi di daerah pedalaman yang masih sulit aksesnya.
Feri Anita Wijayanti (PhD Medicine, the University of Manchester (UoM)
Feri lebih menyoroti pada kasus stunting yang sedang tinggi di Indonesia, sebab jumlah kejadiannya mendekati 21,5% dan jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 sebesar 14%. Pemerintah telah menetapkan rencana aksi nasional percepatan penurunan angka stunting Indonesia tahun 2021-2024 yang melibatkan semua pihak hingga tingkat desa. Sebagai profesi yang paling dekat dengan masyarakat dan mitra perempuan, bidan mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan kebidanan, khususnya menanggulangi stunting. Peluang untuk menangani stunting akan meningkat dengan intervensi yang tepat pada remaja dan masa prakonsepsi. Pendidikan gizi dan kesehatan reproduksi yang dini diberikan kepada remaja cenderung membuat mereka lebih siap untuk menjaga kesehatan mereka dan calon anak di masa depan. Dengan peran strategisnya di komunitas, bidan adalah pilihan tepat untuk memberikan edukasi ini. Bidan tidak hanya dapat mengajarkan tentang pentingnya gizi yang seimbang, tetapi juga tentang bagaimana pola asuh keluarga penting untuk mendukung pertumbuhan anak yang optimal. Selama kehamilan hingga masa bayi dan balita, bidan memastikan perempuan mendapatkan suplemen zat besi dan asam folat, imunisasi, serta pemeriksaan kesehatan yang komprehensif. Selain itu, dengan memberikan edukasi, dukungan, dan pemantauan tumbuh kembang yang tepat, bidan dapat membantu memastikan bahwa bayi dan balita mendapatkan nutrisi yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Bidan dapat membantu membentuk generasi yang lebih sehat dan bebas stunting dengan menggunakan pendekatan holistik ini.
MOTIVASI, KEPEMIMPINAN DAN PEMILIHAN TEMPAT STUDI LANJUT
Pendidikan kebidanan di Indonesia saat ini mulai berkembang pesat. Meskipun demikian Indonesia masih belum memiliki institusi yang menyelenggarakan pendidikan Kebidanan pada jenjang Doktoral. Profesor Kebidanan di Indonesia masih terbatas baru satu guru besar yang baru – baru ini dikukuhkan. Hal ini merupakan peluang dan tantangan. Tekat kuat Niken dan Feri berhasil memupuk dan mewujudkan cita mereka pada tempat studi masing – masing yang saat ini sedang ditempuh.
Bagi Niken King’s College London (KCL) adalah salah satu universitas terkemuka di dunia, yang dikenal dengan program-program akademik yang berkualitas tinggi dan penelitian yang inovatif, terutama dalam bidang kesehatan dan kebidanan. Selain itu, KCL memiliki jaringan luas dengan rumah sakit, lembaga penelitian, dan organisasi kesehatan di seluruh dunia, yang membuka peluang untuk kolaborasi dan pertukaran pengetahuan. dan satu hal yang saya rasakan adalah KCL memiliki budaya penelitian yang inklusif dan kolaboratif, yang memungkinkan pengembangan ide-ide inovatif dan solusi praktis. Sehingga kontribusi yang akan saya bawa ketika kembali ke Indonesia adalah melakukan penelitian yang relevan dengan konteks Indonesia untuk mengidentifikasi masalah dan solusi spesifik dalam pelayanan kebidanan. Hasil penelitian ini di masa mendatang dapat digunakan untuk menginformasikan kebijakan dan praktik di lapangan.

Lain halnya dengan Niken, motivasi Feri dalam melanjutkan studi PhD dan pilihan institusi ini cukup meaningfull.
“Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving.”
-Albert Einstein-
Bermula dari quotes ini yang sering ia lihat di dinding kantin Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang, tempatnya mengemban tugas sebagai seorang Dosen Kebidanan. Ia bertekad keras untuk terus bergerak maju mencapai cita termasuk melanjutkan studi lanjut. Feri adalah seorang ibu asli Blora Jawa Tengah yang memiliki motivasi tinggi terkait studi lanjut. Ia memiliki prinsip hidup untuk selalu belajar dalam siklus kehidupannya. “ Never stop learning”, mencari kesempatan, dan memberikan usaha yang terbaik. Keinginan untuk menggali ilmu yang lebih mendalam dan kontribusi yang nyata bagi profesi bidan tertanam kuat dalam dirinya yang mendorong melanjutkan studi S2 di bidang kebidanan di Flinders University melalui Australia Award Scholarship (AAS) pada tahun 2015. Pengalaman selama di Australia membuka wawasannya terhadap masalah global yang lebih luas, terutama yang berkaitan dengan pelayanan ibu dan anak. Hal ini juga membuka pintu kesempatan baginya untuk berperan aktif dalam program – program internasional.
Ia bersyukur berkesempatan untuk upgrading diri dengan ikut terlibat berbagai macam konferensi dan training internasional serta program International young midwife leaders oleh International Confederation of Midwives (ICM). Selain mengajar, Feri juga terlibat aktif dalam ICM Regional Professional Committee regional Southeast Asia dengan peran emerging leaders.
Pada tahun 2021, Feri mengambil keputusan besar untuk melanjutkan studi di luar negeri. Studi lanjut memberikan kesempatan untuk mendalami bidang keilmuan dan penelitian serta mendapatkan akses fasilitas riset, perpustakaan lengkap dengan akses tidak terbatas terhadap jurnal, dan komunitas akademik yang beragam. Feri tidak memilih Australia sebagai tujuan studi PhD karena ingin merasakan budaya akademik dari perspektif berbeda di negara lain dan Inggris menjadi pilihannya. Persiapan yang matang pun dilakukan mulai dari mengikuti program talent scouting dan Program Peningkatan Kemampuan Bahasa Inggris (PKBI) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan menyusun proposal serta menghubungi supervisor. Salah satu yang berkesan bagi Feri adalah saat menghubungi supervisor. Feri mengutarakan bahwa sebenarnya saat itu ia belum memiliki publikasi internasional. Jawaban yang melegakan datang dari supervisor ini bahwa “menjadi mahasiswa PhD tidak perlu sempurna, karena perjalanan PhD merupakan proses mahasiswa dapat belajar dan memecahkan masalah yang dihadapi” . Akhirnya Feri memilih PhD Medicine, di the University of Manchester (UoM) dibawah bimbingan supervisor ini. Harapannya, setelah lulus PhD, ia ingin membentuk grup riset dan menghasilkan penelitian yang akan dijadikan rekomendasi kepada pemerintah atau asosiasi profesi sesuai bidang ilmu yang didalami. Selain itu, ia juga ingin menciptakan generasi bidan yang melek bukti berbasis ilmiah dan penelitian sehingga mereka dapat berkontribusi lebih terhadap pengembangan pengetahuan kebidanan sesuai dengan konteks lokal Indonesia.

Feri bersama ICM president dan ICM head office team dan pemimpin bidan global lainnya saat menghadiri Global Partners Meeting WHO, ICN, dan ICM (dok ICM Sumber: dokumentasi pribadi (Feri Anita W) & ICM Internasional
Women support women: Peran Vital Bidan dalam Kesehatan Perempuan di Indonesia
Niken: Pesan untuk perempuan; penting untuk rutin memeriksakan kesehatan, terutama kesehatan reproduksi. Pastikan untuk menjalani pemeriksaan rutin. Teruslah belajar tentang kesehatan reproduksi, pola makan sehat, dan gaya hidup yang sehat. Pesan untuk sejawat Bidan: jika memungkinkan, carilah pengalaman belajar di luar negeri untuk mendapatkan perspektif global, dan setelah menyelesaikan studi, terapkan ilmu dan keterampilan yang Anda peroleh untuk berkontribusi pada peningkatan pelayanan kesehatan di Indonesia. Anda bisa menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi komunitas Anda. Studi lanjut terkadang banyak tantangannya, tetapi jangan biarkan tantangan menghalangi Anda. Percayalah pada diri sendiri, cari dukungan dari keluarga dan teman, dan tetap fokus pada tujuan Anda. Saya yakin diluar sana banyak bidan hebat, jika menurut Anda tidak ada, maka Anda lah yang harus menjadi bidan hebat itu!
Feri:
Harapan bagi bidan di Indonesia adalah terus melakukan pengembangan diri baik softskills maupun keterampilan kebidanan serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini akan mendukung bidan sebagai mitra perempuan dalam memberikan pelayanan berkualitas dan mendampingi perempuan selama siklus reproduksi mereka. Semoga semakin banyak bidan yang melanjutkan studi baik di dalam dan luar negeri untuk mengembangkan diri secara pribadi maupun profesional serta menjadi agent of change dalam memimpin inisiatif dan memberikan inovasi untuk meningkatkan standar pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta berkontribusi pada penurunan angka stunting dan kematian ibu di Indonesia. Percayalah pada kemampuan diri sendiri, siapkan diri dengan baik, dan beranilah untuk meraih mimpi besar. Indonesia menunggu kontribusi kita!
Penulis:
Artikel ini ditulis oleh Kusmayra Ambarwati (PhD mama Indonesia; Lecturer at Department of Midwifery Faculty of Public Health, University of Respati Indonesia; International Confederation of Midwives (ICM) Professional Committee SEA as researcher (mayra@urindo.ac.id) Bersma Narasumber Niken Bayu Argaheni (PhD Student King’s College London; Lecturer in Department of Midwifery Faculty of Medicine, Universitas Sebelas Maret Surakarta (nikenbayuargaheni@staff.uns.ac.id)) dan Feri Anita Wijayanti ; PhD student in Medicine, the University of Manchester; Dosen Kebidanan; Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang; Young Midwife Leaders International Confederation of Midwives (ICM) (2021-2023). International Confederation of Midwives (ICM) Professional Committee SEA role as emerging leaders serta diedit oleh Laksita Gama Rukmana.
