Perempuan-perempuan yang kini telah dewasa dahulunya adalah anak-anak perempuan yang memiliki banyak keinginan besar. Mereka ingin menjelajah, senang berpetualang, mencari tahu tentang banyak hal dan mereka juga ingin memimpin dunia. Hari Anak Perempuan internasional dirayakan pada 11 Oktober. Kali ini, Phd Mama Indonesia ingin membahas sejauh mana para perempuan yang merayakan kepemimpinannya.

Mengacu pada teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh Bass (1989-1990), terdapat tiga skema yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mendefinisikan tentang bagaimana seseorang dinilai mampu mengemban tugas sebagai pemimpin. Pertama adalah memiliki karakter dengan kualitas mumpuni, disertai dengan kemampuan beradaptasi pada situasi, seperti pengambilan resiko dan tanggung jawab pada kondisi paling darurat maupun mendesak. Kedua, dapat membuat pertimbangan dengan tangkas serta membangun kerangka berpikir secara cepat dan akurat, lalu yang terakhir adalah kualitas hard-skill yang tidak kalah dibutuhkan dalam upaya mengimbangi sekaligus menyempurnakan kombinasi kekuatan soft-skill dan problem solving pada poin pertama dan kedua.
Dalam penelitiannya yang berjudul Women and Men in Management, Gary N. Powell menyatakan bahwa, ketika mayoritas kandidat pimpinan dari kelompok laki-laki lebih menekankan pada gaya kepemimpinan/manajemen organisasi yang bersifat rapi, terstruktur, dan tidak jarang sedikit kaku, mayoritas kandidat pimpinan dari kalangan perempuan justru lebih menitikberatkan fokus terhadap penguatan lingkungan kerja yang bersifat partisipatif serta tidak mengabaikan aspek kebebasan maupun hak asasi pada setiap individu yang terlibat dalam lingkup organisasi tersebut. Hal ini juga dihubungkan dengan sejumlah cerminan positif dari adanya peningkatan partisipasi kepemimpinan perempuan dalam organisasi privat hingga lembaga negara misalnya potensi terciptanya lingkungan kerja yang lebih apresiatif pada keragaman dari segi latar belakang individu hingga preferensi profesional para pekerja, sampai dengan potensi terciptanya program-program kebijakan kerja yang mampu memberikan perhatian terhadap kebutuhan work-life balance maupun sejumlah komponen dasar lainnya yang juga menyentuh berbagai isu perlindungan gender (Patcha Bhujangarao Naidu dan Vijaya Bhaskar Reddy Meegada, 2023).
Pada 2023, World Bank memaparkan mengenai representasi perempuan dalam posisi manajer, pada segmen negara dengan pendapatan rendah, jumlah perempuan yang mengisi kedudukan manajer sebanyak 24.8%, lalu untuk negara dengan level pendapatan menengah ke bawah terdapat 20.2% partisipasi perempuan, sedangkan pada negara dengan level pendapatan menengah ke atas sebanyak 25.3%, dan negara dengan level pendapatan tertinggi, jumlah partisipasi perempuan pada posisi manager mencapai 30.7% (Taylor Hanna, dkk).
Sedangkan jika merujuk pada data dari Catalyst (2020) dan dikutip oleh Hussin Jose Hejase dan Ghada M Chehimi (2020), bahwa di sepanjang periode tahun tersebut (pada saat hasil penelitian dirilis), dalam persentase global, setidaknya dari 87% perusahaan dunia dengan jangkauan pasar berada di level menengah, terdapat sedikitnya satu fungsionaris perempuan yang menjalankan peran pada lingkup senior management. Detailnya, untuk kawasan Afrika, terdapat 38% perempuan yang tercatat tengah mengampu tanggung jawab di level senior management. Kawasan Eropa Timur tercatat sebesar 35%, 33% di Amerika Latin, 30% di kawasan Uni Eropa dan 29% di Amerika Utara, sedangkan di kawasan Asia Pasifik sebesar 27%. Sekalipun menampilkan sebuah kemajuan, sejumlah tekanan sosial beserta stigma yang masih kerap dilayangkan kepada perempuan hendaknya tidak membuat kita menjadi lengah atas kemungkinan-kemungkinan bagi terulangnya fenomena di masa lampau perihal diskriminasi terhadap hak asasi dan peluang bertumbuhnya setiap individu perempuan, termasuk dalam ruang lingkup profesional.
Selain itu juga, klasifikasi dari World Bank mengenai perbedaan persentase pada jumlah perempuan yang memimpin (baik dalam organisasi privat/publik) berdasarkan diferensiasi latar belakang pendapatan negara, turut melengkapi sebuah fakta bahwa produk kebijakan pemerintahan maupun kondisi stabilitas perekonomian kerap diiringi dengan kesempatan dalam berusaha dan memperbaiki kondisi finansial pribadi maupun institusi. Dengan kata lain, sekalipun sudah dilengkapi dengan tiga aspek utama dari seorang pemimpin, yang dinyatakan Bass, ada faktor penentu bersifat struktural yang datang dari dinamika hubungan internasional hingga produk kebijakan dan arah kebijakan pemerintahan dalam negeri. Semua ini akan menjadi tantangan bagi setiap kandidat pemimpin perempuan. Selain itu, tantangan juga datang dari rantai sosial-masyarakat dengan sejumlah stigma yang melekat terhadap perempuan yang aktif membangun karir, yang akan/sedang mencapai posisi-posisi strategis. Lantas, apakah perbandingan antara peluang dan tantangan terkait dengan konteks manajerial/dunia kepemimpinan yang dihadapi oleh setiap perempuan pada saat ini cenderung berimbang atau justru mengarah pada berat sebelah?
Beberapa hasil penelitian menggambarkan seberapa positifnya sebuah lingkungan dan budaya kerja yang terbentuk saat perempuan memainkan peranan dalam kepemimpinan, bahkan laman Fortune mencatatkan, per tahun 2025 terdapat 11% perempuan yang tengah menjalankan roda kepemimpinan di 500 top perusahaan Amerika Serikat (pengelompokkan daftar 500 perusahaan tersebut mengacu pada besaran pendapatan yang dihasilkan) (Nina Ajemian, 2025). Ditambah lagi dengan masifnya kehadiran berbagai perusahaan top rintisan (start up) yang diinisiasi oleh para perempuan yang memberikan dampak besar bagi masyarakat dunia, contohnya Canva (didirikan oleh Melanie Parkins) hingga kini membantu jutaan pelajar sekaligus kelompok profesional merealisasikan ide-ide produktif mereka melalui ragam desain (Embrace Relief, 2024).
Beberapa hal di atas masih sedikit contoh dari seberapa kuatnya eksistensi perempuan dalam wadah kepemimpinan, serta seberapa tinggi peluang kebermanfaatan yang mampu dihasilkan oleh individu dan kelompok yang seringkali dianggap sebagai “warga kelas dua”, juga sebagai “warga yang hanya dapat menjatuhkan pilihan pada salah satu opsi, yakni antara karir atau keluarga”. Dengan dukungan individu maupun kelompok yang dimulai dari ruang lingkup terkecil dapat menjadikan perempuan-perempuan di seluruh dunia punya kesempatan dalam mengakses peluang maupun mempertahankan kedudukan sebagai sosok pimpinan yang ideal dan berdampak bagi sesama. Demikian pula komunitas, lingkungan sosial, dan keluarga dapat menjadi pondasi kekuatan bagi terciptanya ekosistem kehidupan yang lebih ramah pada semua kalangan, baik perempuan, anak-anak, maupun individu dan kelompok rentan lainnya. Hadirnya perempuan pada posisi-posisi strategis dapat memperbesar peluang terciptanya ekosistem kehidupan sekaligus produk-produk kebijakan yang lebih dekat serta lebih mampu untuk menjawab kebutuhan sesama perempuan beserta kelompok rentan lainnya.
Artikel ini ditulis oleh Tarisyah Widi Shabira dan diedit oleh Shiva Devy untuk PhD Mama Indonesia.
Referensi:
- Taylor Hanna, dkk. Forecasting Women in Leadership Positions.https://www.unwomen.org/sites/default/files/2023-11/forecasting-women-in-leadership-positions.pdf
- Patcha Bhujangarao Naidu dan Vijaya Bhaskar Reddy Meegada. 2023. The Role of Women in Leadership Positions and their Effects on Corporate Culture. International. International Journal of Science and Research, 12(5):701-706. https://www.researchgate.net/publication/371175433_The_Role_of_Women_in_Leadership_Positions_and_their_Effects_on_Corporate_Culture
- Hussin Jose Hejase dan Ghada M Chehimi. (2020). The Untapped Force of Women Leadership: The Progress. Journal of International Business Research, 19(3):1-6, 2020. https://www.abacademies.org/articles/the-untapped-force-of-women-leadership-the-progress.pdf
- Nina Ajemian. 2025. Women Run 11% of Fortune 500 Companies in 2025—but Progress is Still Slow. https://fortune.com/2025/06/02/fortune-500-companies-run-by-female-ceos-women-2025/
- Embrace Relief. 2024. Top Female Run Companies Making Waves in 2024. https://www.embracerelief.org/top-female-run-companies-making-waves-in-2024/
