Oleh: Tim Bookclub PhD Mama Indonesia
“Perempuan bisa menjadi pemimpin di dunia pekerjaan tanpa harus meninggalkan sifat keperempuanannya“
Kalimat di atas merupakan salah satu kutipan dari buku karya Henry Manampiring, berjudul The Alpha Girls’s Guide yang diterbitkan oleh Gagas Media pada tahun 2015. Secara umum, buku ini menjelaskan tentang panduan bagi seorang perempuan luar biasa yang pintar, independen, dan anti-galau atau dikategorikan sebagai Alpha Girls. Biasanya, perempuan Alpha seperti ini di identikkan dengan perempuan-perempuan yang memiliki kontribusi di luar ranah domestik atau perempuan-perempuan yang memiliki status sebagai ibu pekerja atau berkontribusi di luar rumah. Kutipan Henry diawal tadi juga menjelaskan seolah-olah perempuan Alpha adalah perempuan di dunia pekerjaan. Paradoks terkait ibu rumah tangga dan ibu pekerja ini semakin marak dibicarakan di sosial media. Seolah-olah peran perempuan dikotak-kotakan dalam lingkungan masyarakat. Isu ini menjadi highlight besar dalam diskusi bulanan yang diadakan tim bookclub Phd Mama Indonesia pada hari Minggu, tanggal 5 Juli 2025 via daring.
Diskusi buku bulanan adalah kegiatan rutin dari klub buku Daster Pintar Phd Mama Indonesia, tempat saling berbagi semangat membaca dan berdiskusi buku-buku dengan tema baru setiap bulannya. Pada bulan Juli ini, Alpha Girls’s Guide menjadi buku yang disepakati untuk dibaca dan diskusikan bersama. Meskipun buku ini secara garis besar membahas tentang perempuan, buku ini sendiri ditulis oleh seorang laki-laki. Beliau menjelaskan alasan penulisan buku ini sebagai wujud kekagumannya terhadap perempuan-perempuan luar biasa yang ada disekitarnya. Henry menggambarkan perempuan-perempuan luar biasa tersebut mandiri, pintar, dan menduduki posisi strategis dalam dunia pekerjaan. Penggambaran perempuan-perempuan hebat itu dikonsepkan sebagai Alpha Girl atau Alpha Female. Menurutnya, Alpha Female atau Alpha Girls itu adalah perempuan yang memiliki power ataupun pengaruh terhadap orang lain atau dalam kelompok ataupun kawanannya. Buku ini memiliki 9 bab yang memberikan tips and trick untuk menjadi seorang Alpha Girls. Bagian menariknya di setiap tips yang diberikan, kita diajak untuk berlatih mempraktekkan tips tersebut. Gaya bahasa dalam buku ini juga sangat mudah dipahami oleh anak muda dan dekat dengan bahasa di sosial media, dikarenakan penulis juga sangat aktif berbagi pandangannya di berbagai platform sosial media.
Menariknya, hasil pembacaan buku ini memberikan sebuah pertanyaan baru bagi pembaca yang hadir dalam diskusi bulanan, yaitu: “Apakah perempuan bukan lagi seorang Alpha Girls ketika tidak berkontribusi di luar ranah domestik atau lebih tepatnya saat dia berperan sebagai seorang ibu rumah tangga?”. Sayangnya, pertanyaan ini tidak dapat dijawab secara eksplisit dalam buku Henry Manampiring, karena penggambaran konsep Alpha Girls lebih banyak mengarah kepada perempuan-perempuan yang berkontribusi di luar ranah domestik dan cenderung merujuk kepada para pembaca perempuan yang belum menikah. Padahal, keberadaan perempuan di ranah domestik sebagai Alpha Female sangat menarik untuk dikulik lebih lanjut.
Sebenarnya, konsep Alpha Female sendiri menjelaskan bahwa perempuan memiliki pengaruh terhadap orang lain. Jika ditelaah lebih lanjut, seorang ibu rumah tangga jelas mempunyai kemampuan mumpuni dalam mempengaruhi, contohnya ibu rumah tangga adalah orang yang paling berpengaruh terhadap pola aktivitas rumah tangga di pagi hari. Realitanya,tidak jarang terjadi di kehidupan sehari-hari apabila seorang ibu rumah tangga telat bangun maka semua aktivitas penghuni rumah lainnya akan terhambat yang nantinya akan mempengaruhi aktivitas mereka di luar rumah. Hal sederhana di atas menunjukkan bahwa ibu rumah tangga juga tetap seorang Alpha Female walaupun dia tidak berkontribusi di dunia pekerjaan. Pada sesi diskusi juga dijelaskan bahwa seorang ibu rumah tangga juga bisa terus merasakan eksistensinya dengan mengikuti komunitas pengembangan diri, seperti klub membaca untuk meningkatkan literasi membaca atau komunitas sekolah anak-anaknya untuk dapat berpartisipasi membantu lingkungannya.
Sebagai penutup,pada bab akhir, Henry menegaskan bahwa seorang Alpha Female adalah perempuan yang memiliki kesadaran, prinsip hidup, dan keberanian untuk menjadi diri sendiri. Dunia pekerjaan tidak menentukan secara mutlak perempuan menjadi mandiri atau tidak. Tanpa disadari, ibu rumah tangga juga memberikan kontribusi nyata melalui pengabdiannya untuk keluarga. Akhirnya, dari diskusi tim bookclub dapat disimpulkan bahwa, “Tidak perlu menjadi Najwa Shihab untuk menjadi Alpha Girls/Female, tapi perasaan menjadi berharga dengan pencapaian diri sendiri dan konsistensi untuk tetap selalu menjadi diri sendiri”.
Tertarik ikut serta diskusi Klub Buku Phd Mama Indonesia? Silakan pantau informasi terbaru mengenai kegiatan klub buku di instagram @phdmamaindonesia
Artikel ditulis oleh Anya Dewi diedit oleh Inna Ar untuk Phd Mama Indonesia.
