Warna Warni Studi S2 Ala GenZ

Namaku Fridya Ikafitri Nurhidayati, atau akrab disapa Fridya, lulusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret (UNS). Setelah menuntaskan S1, aku merasa masih banyak hal yang ingin aku eksplorasi. Aku mutusin buat melanjutkan S2 di jurusan yang sama. Sekarang, sambil berkutat dengan tesis, aku semakin memahami betapa serunya dunia teknik sipil.

Sejak S1, aku sudah mendalami penelitian tentang banjir, dan rasa haus akan ilmu membuat aku nggak bisa berhenti di situ. Makanya, aku lanjutkan topik ini untuk tesis S2-ku. Kenapa sih aku begitu tertarik sama banjir?

Semuanya bermula dari pengalaman pribadi. November 2017, di kampung halamanku di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, banjir besar pertama kali melanda. Itu bukan hanya sekadar genangan air tetapi barang-barangku semua terendam, kerugian terjadi di mana-mana. Rasanya campur aduk antara sedih, shock, dan nggak berdaya. Pengalama itu membuat aku lebih mengerti mengapa banjir bisa terjadi dan bagaimana cara mencegahnya.

Jadi, dengan penelitian yang aku lakukan sekarang, aku berharap bisa menemukan solusi atau setidaknya kontribusi kecil untuk penanggulangan banjir di masa depan. Siapa tahu, dari pengalaman pribadiku ini, aku bisa bantu banyak orang supaya tidak mengalamai hal yang sama.

Masih fresh graduated, kenapa memutuskan untuk S2?

Justru karena masih fresh, semangat belajar masih tinggi, Energi dan antusiasme untuk mengeksplorasi ilmu juga masih membara. Rasanya tidak ingin melewatkan momentum ini begitu saja. Waktu S1, aku pernah menjadi asisten dosen dan sering diminta untuk mengajar menggantikan Bapak/Ibu Dosen. Dari pengalaman itu, aku sadar kalau passion-ku mungkin ada di dunia pendidikan. Mengajar bukan cuma soal transfer ilmu, tapi juga inspirasi dan motivasi. Aku pengen bisa berkontribusi lebih di bidang teknik sipil.

Saat sidang skripsi S1, salah satu pengujiku sempat menyarankan untuk apply beasiswa S2 di Taiwan. Kebetulan, UNS sedang bekerjasama dengan salah satu universitas di sana. Tapi, banyak hal yang perlu dipertimbangkan, selain aku anak tunggal, dosen pembimbingku juga mengingatkan soal efisiensi jarak, waktu, dan biaya.

Meski diawal, kedua orang tua ku berat melepasku untuk studi lanjut di luar negeri, namun aku mencoba berkomunikasi dari hati dengan menjelasin passion-ku di teknik sipil serta memberikan Gambaran terkait pentingnya pendidikan S2 untuk masa depanku. Pada akhirnya mereka memberikan izin untuk lanjut studi S2 di Teknik Sipil UNS.

Alasan lainnya adalah, aku bisa tetap melanjutkan penelitian tentang banjir yang sudah aku mulai sejak S1. Rasanya lebih efisien dan aku bisa fokus karena tetap dekat dengan keluarga. Siapa tahu nanti ada kesempatan lain untuk menjelajah ilmu ke negara lain, tapi untuk saat ini aku fokus dulu di sini dan berusaha memberi  yang terbaik. Kadang, pilihan terbaik bukan tentang sejauh apa kita pergi, tapi seberapa besar dampak yang bisa kita kasih dari tempat kita berpijak.

Bagaimana proses untuk melanjutkan studi S2?

Diawal studi S2, aku bertemu dengan teman – teman baru yang datang dari berbagai latar belakang usia, pendidikan, serta beragam instansi. Ada yang usianya sudah senior lengkap dengan segudang pengalaman kerja. Ada juga yang datang dari bidang berbeda tapi ingin mendalami teknik sipil.

Meskipun diawal sempat kesulitan berkomunikasi dengan teman – teman di kelas, karena jarak usia yang bervariasi, namun seiring berjalannya waktu, hal itu membuatku jadi lebih mengerti akan dunia kerja yang belum aku alami sebelumnya. Karena rata – rata topik obrolan mereka adalah seputar dunia kerja dengan perspektif yang lebih matang. Bahkan suasana diskusi di kelas pun jadi lebih berwarna karena beragamnya sudut pandang dari teman – teman di kelas.

Melalui studi S2 ini, aku sadar pentingnya keterampilan berkomunikasi dengan beragam orang dan latar belakang yang berbeda sekaligus kemampuan beradaptasi dengan cepat. Hal ini membuatku jadi lebih open-minded dan menghargai perbedaan. Sekarang aku sangat menikmati dinamika kelas yang unik ini.

Salah satu hal yang membuat S2 sangat seru adalah kami dituntut untuk benar-benar menghasilkan karya dan penelitian baru. Bukan lagi sekadar menghafal teori atau lulus ujian, tapi kita diajak buat kontribusi langsung ke dunia ilmu pengetahuan. Rasanya seru sekaligus menantang!

Membaca banyak jurnal adalah rutinitas harian. Awalnya terasa berat, lambat laun aku mulai menemukan betapa menariknya menjelajahi berbagai penelitian dari seluruh penjuru dunia. Setiap jurnal seperti membuka jendela baru ke ide-ide brilian yang bisa menginspirasi penelitian kita. Studi S2 benar-benar melatih untuk berpikir kritis dan analitis. Sekaligus membuat ku untuk tidak mudah puas dengan jawaban yang ada, selalu mencari celah untuk berinovasi. Hal inilah yang membuatku tumbuh sebagai individu yang lebih peka terhadap permasalahan di sekitar.

Adapun sosok yang menginspirasiku adalah dosen pembimbingku, Ibu Dr. Ir. RR. Rintis Hadiani, S.T., M.T., IPU ASEAN Eng. Dari beliau, aku belajar banyak tentang bagaimana bekerja dengan ikhlas akan membuahkan hasil yang luar biasa. Semangatnya untuk terus berkarya melalui tulisan dan penelitian benar-benar memompa motivasiku. Melihat dedikasinya yang tak kenal lelah, sekaligus cara beliau membimbing mahasiswanya, termasuk aku, membuatku percaya bahwa bekerja dengan hati akan membuka banyak peluang dan hasil yang tak terduga. Aku berharap suatu hari nanti bisa menginspirasi orang lain seperti beliau menginspirasiku.

Seberapa penting S2 untuk GenZ?

Sebagai bagian dari Gen Z, kita hidup di era yang serba cepat dengan akses informasi tanpa batas. Pendidikan formal seperti S2 bagiku merupakan sebuah investasi untuk masa depan. Aku merasakan bahwa melanjutkan studi S2 punya nilai yang signifikan, terutama jika kita sudah punya tujuan dan passion yang jelas. Bagiku, S2 bukan hanya sekedar menambah gelar saja, melainkan sebuah kesempatan untuk mendalami bidang ilmu melalui penelitian, sehingga diharapkan bisa memberikan solusi nyata untuk masalah yang ada di lingkungan sekitar.

Tips yang harus dipersiapkan untuk Gen-Z yang akan berencana lanjut studi S2

Pertama, pahami dengan mendalam tujuan dan passion-mu. Mengetahui apa yang benar-benar membuatmu bersemangat akan menjadi bahan bakar dalam perjalanan akademismu. Bagiku, pengalaman pribadi sebagai korban banjir di Pacitan tahun 2017 menjadi pemicu untuk mendalami penelitian tentang banjir. Temukan apa yang menggerakkan hatimu dan jadikan itu kompas dalam setiap langkahmu.

Kedua, komunikasi dengan keluarga sangat penting. Sebagai anak tunggal, orang tuaku awalnya tidak merestui rencanaku untuk lanjut S2. Namun, aku berhasil meyakinkan mereka tentang impianku dan bagaimana studi lanjut ini akan membantuku berkembang. Dukungan mereka kemudian menjadi sumber kekuatan yang tak ternilai.

Ketiga, siapkan dirimu untuk keluar dari zona nyaman. Di jenjang S2, kamu akan bertemu dengan teman-teman dari berbagai usia, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja. Perbedaan inilah yang memperkaya pengalaman belajar serta perspektif baru dalam melihat suatu permasalahan.

Keempat, manfaatkan waktu untuk memperluas jaringan (networking) dan belajar dari dosen-dosen inspiratif. Cari mentor yang bisa membimbing dan menginspirasi perjalanan akademismu.

Kelima, rajin membaca. S2 menuntut kita untuk menghasilkan karya dan penelitian baru. Membaca banyak jurnal akan memperluas wawasan dan memperdalam pemahamanmu di bidang yang kamu tekuni. Jadikan ini sebagai kebiasaan harian yang akan memberikan manfaat besar dalam jangka panjang.

Keenam, ikuti kata hatimu dan tetap semangat meski ada tantangan. Perjalanan S2 pasti memiliki rintangan, entah itu dari diri sendiri atau lingkungan. Ingat kembali alasanmu memulai dan jadikan itu motivasi untuk terus maju. Tantangan adalah bagian dari proses yang akan membuatmu lebih kuat dan tangguh.

Ketujuh, kembangkan soft skills seperti komunikasi, manajemen waktu, dan kerja tim. Keterampilan ini sama pentingnya dengan pengetahuan akademis. Di dunia profesional nanti, kemampuan berinteraksi dan berkolaborasi dengan orang lain akan menjadi aset berharga.

Kedelapan, jangan bergantung sepenuhnya pada beasiswa. Jika beasiswa belum tersedia, pertimbangkan opsi lain atau cari alternatif pendanaan. Aku sendiri sempat ingin menggunakan jalur beasiswa, tapi karena belum ada, aku memutuskan untuk tetap lanjut dengan sumber daya yang ada. Fleksibilitas dan kreativitas dalam mencari solusi sangat penting.

Kesembilan, siap untuk beradaptasi dan belajar dari berbagai sumber. Dunia berubah dengan cepat, dan kemampuan untuk beradaptasi akan membedakanmu dari yang lain. Terus terbuka dengan pengetahuan baru dan jangan takut mencoba hal-hal di luar zona nyamanmu.

Kesepuluh, jaga keseimbangan hidup. Meski studi penting, jangan lupakan kesehatan fisik dan mentalmu. Luangkan waktu untuk beristirahat, berolahraga, atau melakukan hobi yang kamu sukai. Keseimbangan ini akan menjaga produktivitas dan kebahagiaanmu.

Percayalah, perjalanan S2 itu seru dan penuh dengan pelajaran berharga. Ini adalah kesempatan untuk tumbuh, tidak hanya secara akademis tetapi juga sebagai individu. Jika kamu memiliki mimpi untuk melanjutkan studi, jangan ragu untuk mengambil langkah pertama. Dunia menunggu kontribusi hebat darimu!

Ingat, setiap orang memiliki perjalanan uniknya masing-masing. Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain. Fokus pada tujuanmu, nikmati prosesnya, dan tetap percaya diri. Meskipun ada tantangan di sepanjang jalan, dengan tekad dan kerja keras, kamu pasti bisa mencapainya.

artikel ditulis oleh Fridya Ikafitri Nurhidayati, di edit Laksita Gama Rukmana dan Aini Khadijah untuk PHD Mama Indonesia.

Leave a comment