Site icon phdmamaindonesia

Enam Pengalaman Menarik tentang Menggunakan Childcare di Korea Selatan

Ketika ibu memutuskan melanjutkan studi di luar negeri, salah satu hal yang dipikirkan tentu menemukan sistem pendukung untuk pengasuhan dan pendidikan anak di negara tersebut. Berikut ini cerita tentang penggunaan sistem childcare di Korea Selatan dari salah satu pejuang PhD mama, Yangie Dwi Marga Pinanga yang merupakan seorang kandidat doktor di Department of Pharmacy, College of Pharmacy Seoul National University.

Sebelum keberangkatan, Yangie telah mencari informasi dari warga Indonesia di Korea Selatan mengenai support system untuk sekolah anak, terutama untuk anak-anak usia dini.

Foto keluarga bersama suami dan anak-anak

Pada saat memulai sekolah doktoral, Yangie sedang dalam kondisi mengandung anak kedua sedangkan anak sulungnya saat itu masih berumur tiga tahun. Sehingga, selain harus mencari sekolah untuk anak pertamanya, Yangie juga harus memikirkan sistem pendukung untuk pengasuhan bayi. Dan ternyata, childcare di Korea Selatan sudah sangat common dan sangat diperhatikan oleh pemerintah. Setidaknya ada enam hal menarik menurut pengalamannya dalam menggunakan layanan pengasuhan dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di negeri ginseng tersebut.

Korea Selatan memiliki portal terpadu untuk mendukung pengasuhan dan pendidikan anak. Kita cukup membuka situs resmi pemerintah yaitu http://childcare.go.kr. Dalam situs tersebut, kita bisa menemukan sederet daftar 어린이집 (dibaca: Eorinijib) yang berada di lokasi tempat tinggal atau lokasi kerja, baik yang dikelola pemerintah, institusi atau korporat, hingga dikelola personal (home-apartment). Selain itu, kita juga bisa mendapat informasi mengenai childcare yang memiliki kelas bayi dibawah satu tahun, serta jumlah anak dalam satu daycare dan slot yang masih tersedia, hingga fasilitas yang dimiliki, dan akreditasi atau hasil assessment yang dilakukan rutin oleh pemerintah.

Namun demikian, ada standar minimum yang harus dipenuhi layanan tersebut hingga layak untuk terdaftar, jadi tidak perlu khawatir perbedaan antar satu childcare dengan lainnya karena sudah terstandarisasi dan tersistem apik. Di situs ini juga kita dapat mendaftar dan apabila slot masih penuh, kita akan mendapatkan nomor tunggu. Biasanya para orang tua mulai mendaftarkan anak-anaknya tiga bulan sebelum semester baru yang dimulai bulan maret.

Syukurnya, kampus tempat Yangie menempuh studi telah memiliki layanan pendukung pengasuhan dan pendidikan anak terpadu. Sistem pendukung ini juga terintegrasi dengan Department of Child Development and Family Studies di bawah College of Human Ecology. Tidak heran, sebelum resmi memasukkan anak, orang tua akan diberikan beberapa berkas pendaftaran yang salah satunya adalah concern bahwa perilaku dan kegiatan anak selama di sekolah dapat menjadi sumber penelitian. Concern tersebut boleh disetujui atau tidak oleh orang tua anak. Selain itu, hal menarik lagi menurut Yangie adalah ketika mengisi berkas pendaftaran, pertanyaan-pertanyaannya sangat detail mengenai anak hingga prinsip atau nilai pendidikan yang ditanamkan di keluarga. Sayangnya, layanan child educare di kampus ini tidak memiliki kelas bayi. Jadi untuk anak paling kecilnya, Yangie menggunakan sistem pendukung pengasuhan yang dikelola di luar kampus.

Di manapun dan tipe apapun, biaya perbulan untuk sistem pendukung ini sama, hanya bervariasi tergantung usia anak dan lama menggunakan layanan (setengah atau satu hari penuh). Makin kecil usia anak, makin besar biayanya. Selain itu, pemerintah juga menyediakan subsidi untuk warga lokal. Hanya beberapa provinsi saja yang juga menerapkan subsidi untuk warga asing. Beruntungnya, pemerintah daerah tempat tinggal Yangie menyediakan subsidi untuk warga asing.

Kampus Yangie juga memiliki asrama untuk keluarga dan lokasi childcare persis berada di depan kawasan asrama tersebut. Sehingga untuk urusan antar-jemput anak, tidak terlalu sulit. Sementara itu, untuk anak kedua, Yangie memerlukan waktu sekitar 20 menit dengan bus umum hingga sampai childcare. Senangnya, pihak sekolah bekerja sama dengan pemerintah menyediakan layanan antar jemput. Karena itulah, ketika mendaftar, salah satu hal yang ditanyakan adalah waktu tempuh yang diperlukan dan apabila cukup jauh akan ditawarkan layanan antar jemput.

Setiap awal bulan, orang tua akan diberikan informasi mengenai menu makan siang dan cemilan di sekolah untuk satu bulan ke depan. Informasi ini sangat detil hingga memberikan catatan menu yang berpotensi memicu alergi. Pihak sekolah juga dapat diajak kompromi terkait aturan makanan dari sisi agama. Setiap childcare biasanya memiliki dapur dan juru masak sendiri serta terdapat pemeriksaan kelayakan berkala oleh pemerintah.

Selain urusan makanan yang sangat memperhatikan gizi, keamanan, dan kebersihannya, layanan childcare di Korea Selatan juga sangat memperhatikan tumbuh kembang anak. Sertifikat vaksinasi adalah syarat mutlak untuk bisa mendaftarkan anak ke semua jenjang pendidikan. Pemerintah juga menyediakan layanan general check-up di semua klinik untuk anak pada rentang waktu tertentu setiap tahunnya. Hasil assessment tumbuh kembang ini harus diserahkan ke childcare, walaupun pihak sekolah juga melakukan assessment berkala.

Komunikasi antar pihak childcare dengan orang tua selain tatap muka ketika antar-jemput anak, juga dilakukan melalui aplikasi. Cara ini menurut saya sudah cukup efektif. Salah contoh satu aplikasi yang digunakan yaitu Kids Note. Melalui aplikasi ini, kita dapat mengetahui laporan harian dari guru kelas, foto menu makanan di hari tersebut, dan juga kehadiran karena penting untuk menentukan biaya bulanan, rencana kelas selama satu bulan ke depan, foto kegiatan, informasi dari pihak internal childcare hingga informasi dari pemerintah, seperti regulasi layanan tersebut ketika status COVID-19 sedang tinggi di Korea Selatan. Aplikasi ini juga sangat membantu orang tua untuk berkomunikasi dan berdikusi dengan guru secara personal. Terkadang ketika melihat foto-foto kiriman guru kelas, rasanya saya ingin ikut dan kembali ke masa anak-anak saking serunya aktivitas mereka, ujar Yangie.

Kids note melalui aplikasi

Mulai usia 4 tahun, pihak sekolah biasanya akan menyediakan kegiatan ekstrakurikuler seperti Bahasa Inggris, Mandarin, atau Taekwondo. Selain di sekolah, anak-anak juga dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau 학원 (dibaca: Hakweon) sesuai minat dan kemauan anak seperti piano, balet, seni, sepak bola, dan lain-lain. Orang tua dapat menggunakan layanan mobil antar jemput dari childcare menuju tempat ekstrakurikuler hingga kembali ke rumah masing-masing. Walaupun anak terkesan memiliki jadwal yang padat sedari dini, namun pembelajaran disampaikan dengan cara yang asyik sambil bermain.

Yangie berharap semoga pengalamannya dalam menggunakan layanan childcare di Korea Selatan bisa menjadi pertimbangan para ibu yang ingin melanjutkan studi dalam memilih tempat. Tapi ingat, lain rumput lain belalang, tiap tempat tentu memiliki tantangannya tersendiri.  

Ditulis oleh Yangie Dwi Marga Pinanga

Diedit oleh Della Rahmawati

Exit mobile version